Mujahadah, Mujahadah (2018) Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. N di praktik mandiri bidan "R.A" kota Palangka Raya. Laporan Tugas Akhir, PRODI DIII KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA.
Text
LTA MUJAHADAH-min.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai derajat kesehatan.Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Angka Kematian Ibu(AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus (insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama keatian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi. Pada tahun 2013 penyebab kematian ibu antara lain,perdarahan (30,3%), hipertensi (27,1%) dan lain-lain (40,8 %) (Kemenkes RI, 2014).Kasus kematian Ibu meliputi kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 359 per 100.000 KH, dibandingkan dengan tahun SDKI tahun 2007sebesar 228 per 100.000 KH, pada tahun 2015 AKI kembali mengalami penurunan menjadi 305 per 100.000 KH berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, dan Angka Kematian Bayi berdasarkan SDKI 2012 menunjuukan 32/1000 KH dan pada tahun 2015 berdasarkan data SUPAS 2015 AKB mengalami penurunan yakni sebesar 22,23/ 1000 KH. (Kemenkes RI, 2016) Target global SDGs (Suitainable Development Goals) adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 KH.Mengacu dari kondisi saat ini,potensi untuk mencapai target SDGs untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya. (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,2014). Berdasarkan profil kesehatan dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 jumlah kematian ibu yang dilaporkan sebesar 74 kasus, lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 80kasus. Jumlah kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat komplikasi dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit (Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, 2016). Walaupun angka tersebut masih dibawah Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional sebesar 359/100.000 Kelahiran Hidup, namun angka tersebut diatastarget Renstra Kota Palangka Raya sebesar 25/100.000 Kelahiran Hidup. Peningkatan angka kematian ibu mencerminkan mutu pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu bersalin dan melahirkan, memerlukan perhatian dari pengelola program dan pemerintah daerah. (Dinas Kesehatan Palangka Raya,2013).
Sebagai upaya penurunan AKI Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan AKB sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan AKI dan AKB dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Komprehensip (PONEK), 300 Puskesmas/Balkesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar(PONED) dan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit. Dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2015-2019 salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat dengan target salah satu indikatornya, yaitu AKI pada tahun 2019 turun menjadi 306/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta pelayanan keluarga berencana (K emenkes RI, 2015). Oleh karena itu untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau Continuity of Care. Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga professional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6 minggu pertama postpartum (Pratami, 2014). Bidan beperan sangat penting dalam menurunkan AKI dan AKB. Karena bidan sebagai ujung tombak atau tenaga kesehatan yang berada di garis terdepan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi kesehatan, pertolongan persalianan normal dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan perempuan serta melakukan deteksi dini pada kasus-kasus rujukan kebidanan (Kemenkes RI, 2013).
Item Type: | Tugas Akhir Mahasiswa (Laporan Tugas Akhir) |
---|---|
Subjects: | 11 MEDICAL AND HEALTH SCIENCES > 1110 Nursing > 111011 Nursing Specialties > 11101114 Midwifery |
Divisions: | Jurusan Kebidanan > Program Studi Diploma III Kebidanan |
Supervisor: | Meyasa, Lola and Hayati, Erni |
Depositing User: | Riyanti |
Date Deposited: | 18 May 2020 06:16 |
Last Modified: | 18 May 2020 06:16 |
URI: | http://repo.polkesraya.ac.id/id/eprint/183 |
Actions (login required)
View Item |