Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. RA di praktik mandiri bidan “Y” kota Palangka Raya

Marliana, Marliana (2018) Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. RA di praktik mandiri bidan “Y” kota Palangka Raya. Laporan Tugas Akhir, PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA.

[img] Text
MARLIANA.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Kehamilan, persalinan dan nifas adalah suatu kondisi yang normal, namun memerlukan pengawasan supaya tidak berubah menjadi yang abnormal. Kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian (Damayanti, dkk., 2015). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (2017), derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2015, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang, 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin. AKI diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000 KH dan angka kematian neonatal (AKN) turun 47% antara tahun 1990-2015, yaitu dari 36/1000 KH menjadi 19/1000 KH pada tahun 2015.Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu,
terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359/100.000 KH. Tidak jauh berbeda pada tahun 2015 berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) AKI 305/100.000 KH. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Begitu pula dengan AKB di Indonesia berdasarkan hasil SUPAS 2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23/1000 KH (Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (2017), jumlah kasus kematian ibu maternal yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebanyak 74 kasus lebih sedikit dari jumlah kasus kematian ibu tahun 2015 sebanyak 80 kasus. Trend kasus kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir sedikit mengalami penurunan jumlah kasus, ini menjadi tantangan bagi seluruh stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Jumlah kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat komplikasi dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit. Begitu pula dengan jumlah kasus kematian bayi di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016. Jumlah total kematian bayi pada tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 392 kasus, lebih sedikit dibandingkan jumlah kematian bayi tahun 2015 berjumlah 407 kasus kematian. Data diatas memperlihatkan bahwa AKB Provinsi Kalimantan Tengah menunjukkan penurunan yang cukup tinggi, namun diperlukan upaya yang sangat keras lagi untuk menurunkan AKB sehingga mencapai target. Berdasarkan perhitungan target yang ingin dicapai maka Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah menetapkan target AKB yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016-2021 turun menjadi 23/1000 KH. Angka ibu bersalin yang meninggal di Kota Palangka Raya pada tahun 2016 yaitu, 0,036% dari 5.590 kejadian bersalin hidup. Angka tersebut sedikit mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2015, yaitu 0,053% dari 5.640 kejadian ibu bersalin hidup di Kota Palangka Raya. Angka bayi yang lahir meninggal pada tahun 2016 di Kota Palangka Raya yaitu, 0,117% dari 5.090 kelahiran hidup. Angka bayi yang lahir meninggal pada tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2015 yaitu, 0,248% dari 5.643 kelahiran hidup (BPS Kota Palangka Raya, 2017).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013), masih tingginya AKI dan AKB juga dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko maternal dan neonatal, yaitu faktorfaktor penyakit, masalah gizi dari wanita usia subur (WUS), serta faktor 4T (terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan/ persalinan dan terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi tersebut diatas lebih di perparah lagi oleh adanya keterlambatan penanganan kasus emergensi/ komplikasi maternal dan neonatal akibat oleh kondisi 3T (terlambat), yaitu terlambat mengambil keputusan merujuk, terlambat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan terlambat memperoleh pelayanan dari tenaga kesehatan yang tepat/ kompeten.
Salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu, remaja, prahamil, keluarga berencana (KB), serta pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seksual (PMS), yang semuanya terangkum dalam program PKRE (Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial), kita juga telah mempunyai intervensi strategis yaitu, empat pilar Safe Motherhood yang terdiri dari KB, pelayanan antenatal terfokus, persalinan yang bersih dan aman, serta pelayanan obstetrik dan neonatal esensial dasar dan komprehensif (Prawirohardjo, 2014). Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017),
sebagai upaya penurunan AKI dan AKB, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatanm yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinan. Upaya tersebut dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden Republik Indonesia. Salah satu programutama yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian ibu yaitu penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat. Upaya lain juga telah dilakukan yaitu strategi Making Pregnancy Safer yang dicanangkan pada tahun 2000. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan AKN
sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan AKI dan AKN
dengan cara; meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/ Balkesmas PONED, dan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit. Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan KB. Gambaran upaya kesehatan ibu terdiri dari; pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan ibu nifas, puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan pelayanan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2017). Menurut Kemenkes RI (2017), beberapa upaya kesehatan dilakukan
untuk mengendalikan risiko pada kelompok bayi hingga usia kurang satu bulan, di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen
Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan.
Pemeriksaan dan pengawasan secara komprehensif sejak masa
kehamilan mutlak diperlukan, karena gangguan kesehatan yang dialami oleh ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dikandungan, saat kelahiran hingga pertumbuhan. Namun, pada kenyataannya pelayanan antenatal belum dilakukan secara komprehensif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan adalah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif (continuity of care). Continuity of care adalah suatu prosesdimana tenaga kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara terus menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya perawatan medis yang efektif. Penyediaan pelayanan individual yang aman, fasilitas pilihan informasi, untuk lebih mendorong kaum wanita selama persalinan dan kelahiran, dan untuk
menyediakan perawatan komprehensif untuk ibu dan bayi baru lahir selama periode postpartum (Adnani, 2013).
Menurut Setyorini (2017), kehamilan, persalinan, nifas maupun bayi baru lahir merupakan suatu proses fisiologis dimana terjadinya AKI dan AKB sebagai indikator keberhasilan pelayanan kesehatan. Sehingga perlu
dilakukan asuhan kebidanan secara komprehensif untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan kebidanan yang mencakup pemeriksaan
berkesinambungan diantaranya asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan masa nifas (Varney, 2006). Dalam pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia bidang kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang berada di garis terdepan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program (Sulistyawati, 2012). Oleh karenanya sebagai bidan perlu memberikan pelayanan kebidanan yang dimulai dari; masa hamil untuk mencegah adanya komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai, pada waktu persalinan memastikan bahwa semua penolong
persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih sesudah persalinan, masa nifas, perawatan bayi baru lahir dan juga pemeliharaan laktasi yang berkualitas (Prawirohardjo, 2014). Pada Praktik Mandiri Bidan (PMB) “Y” setiap bulannya rata-rata ada ±60 kunjungan ANC baik itu kunjungan pertama maupun kunjungan ulang, ±5 ibu bersalin, ±100 ibu akseptor KB, dan imunisasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu, bayi, dan balita. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik membuat Laporan Ilmiah untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ny. RA di Praktik Mandiri Bidan “Y” Kota Palangka Raya”.

Item Type: Tugas Akhir Mahasiswa (Laporan Tugas Akhir)
Subjects: 11 MEDICAL AND HEALTH SCIENCES > 1110 Nursing > 111011 Nursing Specialties > 11101114 Midwifery
Divisions: Jurusan Kebidanan > Program Studi Diploma III Kebidanan
Supervisor: Sukriani, Wahidah and Sidabariba, Reni
Depositing User: Riyanti
Date Deposited: 21 May 2020 22:28
Last Modified: 02 Dec 2022 08:06
URI: http://repo.polkesraya.ac.id/id/eprint/188

Actions (login required)

View Item View Item