Riani, Pella (2018) Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. H di bidan praktik swasta“NMW, Amd. Keb” kota Palangka Raya. Laporan Tugas Akhir, PRODI DIII KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA.
Text
PELLA RIANI LTA.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Kehamilan, persalinan dan nifas adalah suatu kondisi yang normal, namun memerlukan pengawasan supaya tidak berubah menjadi yang abnormal. SDGs (Sutainable Development Goals) merupakan suatu program berkelanjutan untuk tahun 2015-2030 yang secara resmi menggantikan program dari MDGs (Millenium Development Goals). SDGs terdiri dari 17 goals atau tujuan. Tujuan dari SDGs ini untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) terdapat di nomor 3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang disegala usia. Target SDGs di tahun 2030 untuk AKI sebesar 70/100.000 kelahiran hidup sedangkan target untuk AKB di tahun 2030 sebesar 25/1000 kelahiran hidup (Kesehatan Dalam Kerangka SDGs, 2015) Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun (Syarifuddin, 2013). Berdasarkan data dari
World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000 kelahiran hidup dan angkakematian neonatal turun 47% antara tahun 1990 dan tahun 2015 yaitu dari 36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (World Health Organization, 2015). Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator AKI. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. AKI di Indonesia kembali menunjukkan penurunan menjadi 305/100.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga menunjukkan penurunan menjadi 22,23/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Namun jika kita melihat pada angka yang ditargetkan oleh SDGs, angka tersebut masih jauh dari angka capaian. Secara berturut-turut penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (30,3%), hipertensi dalam kehamilan (27,1%), infeksi (7,3%), abortus (1,6%) , persalinan lama (1,8%) dan lainnya (40,8%). Penyebab lainlain adalah penyebab kematian ibu secara langsung, seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung tuberkulosis atau penyakit lain yang diderita ibu. Persalinan yang dilakukan dirumah masih cukup tinggi yaitu sebesar 29,9%. Jika dihubungkan tempat bersalin dengan penyebab lain-lain atau tidak langsung kematian ibu, maka dapat menjadi penyebab kematian ibu (Direktorat Kesehatan Ibu Republik Indonesia, 2013).Alasan terbanyak tingginya angka kematian dikarenakan masih banyak ibu-ibu di Indonesia yang saat melahirkan tidak meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan, khususnya bidan untuk menolong persalinan mereka. Masih banyak ibu-ibu yang menganggap bahwa tenaga kesehatan tidak memperhatikan kebutuhan atau kebudayaan, tradisi serta keinginan pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran bayinya, sehingga mereka lebih memilih bidan kampung (penolong persalinan tidak terlatih) untuk menolong persalinan mereka (Dewi & Sunarsih, 2011). Di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2014 jumlah AKI meningkat
menjadi 101 kasus dan AKB menjadi 477 kasus. Jumlah kematian terbanyak yaitu pada masa ibu bersalin dan penyebab kematian terbanyak perdarahan 40%, hipertensi dalam kehamilan 29%, lain-lain 25%, infeksi 5% dan partus lama 1%. Pemerintah menargetkan angka penurunan AKI dan AKB tetapi pada kenyataannya AKI dan AKB masih tinggi (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, 2014)
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya kehamilan dan komplikasi yang lebih besar terhadap janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal. Kriteria kehamilan risiko tinggi terbagi atas 2 yaitu komplikasi obstetrik dan komplikasi medis. komplikasi obstetrik adalah umur (≤19 tahun atau >35 tahun), paritas (primigravida atau para lebih dari 6), riwayat kehamilan sebelumnya ( ≥ 2 kali abortus, ≥ 2 kali partusprematur, kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal, perdarahan pasca persalinan, pre-eklampsia dan eklampsia, kehamilan mola, pernah ditolong secara obstetri operatif, pernah operasi ginekologi, pernah inersia uteri) dan
disproporsi sefalo pelvik (perdarahan antepartum, preeklampsia dan eklampsia kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak pada hamil tua, dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan terakhir ≥5 tahun, inkompetensi serviks, postmaturitas, hamil dengan mioma atau kista ovarium). Sedangkan komplikasi medis yaitu anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes militus, obesitas, penyakit saluran kencing, penyakit hati, penyakit paru dan penyakit lain dalam kehamilan (Manuaba, 2010). Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan baik bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan. Banyak dari faktor resiko ini dapat diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi. Jadi semakin
dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun janinnya. Oleh karena itu sangat penting pemeriksaan kehamilan secara teratur. Yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan janinnya. Sehingga bila didapatkan permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin, jaga hidup dengan cara sehat (hindari rokok, alkohol,
dll) serta makan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan selama hamil (Manuaba, 2010). Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia tahun pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Faktor penyebabkematian bayi terutama dalam periode satu tahun pertama kehidupan beragam terutama masalah neonatal dan salah satunya adalah bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) (BPS, 2013). Pada tahun 2016 AKI yang dilaporkan di Kalimantan Tengah adalah sebesar 75/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB di Kalimantan Tengah adalah sebesar 31/1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Kota Palangka Raya
pada tahun 2016 AKI yang dilaporkan adalah sebanyak 2 jiwa. Sedangkan AKB adalah sebesar 10 (Dinkes Kota P.Raya, 2017). Pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan meluncurkan program Expending Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal (Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah, 2014). Dengan tingginya angka kematian ibu dan bayi, maka angka kematian ibu dan bayi dijadikan sebuah tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa. Oleh karena itu, pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program kesehatan. Beberapa program yang dilakukan dalam asuhan kebidanan antara lain, 10T yang meliputi timbang berat dan tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus, imunisasi TT, tablet Fe, tes PMS, temu wicara, tentukan persentasi dan hitung DJJ, tetapkan status gizi dan tatalaksana kasus. Ada pula P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) menggunakan stiker, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan programkesehatan tersebut sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan adalah salah satu sumber daya manusia kesehatan yang berada di garis terdepan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program (Sulistyawati, 2009).
Peranan bidan dalam membantu mengurangi AKI dan AKB sangat besar karena bidan yang berhubungan langsung dengan ibu terutama saat menolong persalinan, sehingga salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan kesehatan bagi ibu dan bayi serta mengurangi AKI dan AKB dengan cara peranan bidan. Bidan mempunyai 4 peranan penting dalam memberikan asuhan pada ibu dan bayi, yaitu bidan sebagai pelaksana, bidan sebagai pengelola, bidan sebagai pendidik dan bidan sebagai peneliti. Dengan peranan bidan inilah bidan dapat membantu memberikan asuhan dengan cara mengidentifikasi masalah yang ada pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas, sehingga masalah-masalah yang timbul mendapat asuhan segera dan dapat dicegah untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi (Miratu, 2014). Peran bidan untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau Continuity of Care. Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga kesehatan professional, pelayanankebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6 minggu pertama postpartum (Pratami, 2014). Praktik Bidan Mandiri NMW berlokasi di jalan RTA Milono KM 7,5, kota Palangka Raya. Setiap bulannya terdapat sekitar 30 orang ibu hamil yang di layani & persalinan kurang lebih 13 per bulan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun sebuah studi kasus untuk dijadikan sebagi Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul “Laporan Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ny. H di “PBM NMW, Amd. Keb.” Kota Palangka Raya” yang dilakukan secara komprehensif dimulai dari usia kehamilan 34 minggu, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana sampai dengan 6 minggu post partum dan masa antara di PBM NMW, Amd. Keb Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Item Type: | Tugas Akhir Mahasiswa (Laporan Tugas Akhir) |
---|---|
Subjects: | 11 MEDICAL AND HEALTH SCIENCES > 1110 Nursing > 111011 Nursing Specialties > 11101114 Midwifery |
Divisions: | Jurusan Kebidanan > Program Studi Diploma III Kebidanan |
Supervisor: | Riyanti, Riyanti and Suprihani, Endang |
Depositing User: | Riyanti |
Date Deposited: | 21 May 2020 06:50 |
Last Modified: | 21 May 2020 06:50 |
URI: | http://repo.polkesraya.ac.id/id/eprint/190 |
Actions (login required)
View Item |