Lestari, Ernawati (2019) Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny H di pustu Pantai Harapan kecamatan Cempaga Hulu. Laporan Tugas Akhir, PRODI DIII KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA.
Text
LTA Lengkap Erna-min_compressed.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
Abstract
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain di setiap 100.000 kelahiran hidup. Data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, masih ditemukan tantangan besar dalam pembangunan kesehatan yaitu AKI dan AKB. AKI sebesar 359 per 100.000 KH sedangkan AKB mencapai 32 per 1000 KH (Kemenkes RI, 2013). Agenda pembangunan yang berkelanjutan, Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah disahkan pada September 2015 berisi 17 tujuan dan 169 target, antara lain mengurangi kemiskinan, dan pelestarian lingkungan. Dimana, sebelumnya Indonesia telah dipastikan gagal memenuhi Target Pembangunan Milenium Berkelanjutan. Diantaranya tingginya AKI yang mencapai 65%. Sedangkan AKB tidak mengalami penurunan. Selaras dengan SDGs, Departemen Kesehatan (Depkes) menargetkan penurunan AKI di Indonesia pada tahun 2030 adalah 70 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan penurunan AKB pada tahun 2030 adalah menjadi 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Pada Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015, Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2012 sebesar 63 kasus kematian ibu. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 75 kasus kematian ibu. Kemudian pada tahun 2014 mengalami kenakan kembali sebesar 101 kasus kematian ibu. Di tahun 2015 jumlah kematian ibu menurun menjadi 80 kasus kematian ibu dan tahun 2016 kembali menurun menjadi 74 kasus kematian ibu (Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2016). Masalah utama penyebab kematian pada bayi adalah pada masa neonatus. Menurut hasil Riskesdas 2012 menunjukkan bahwa kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari didominasi oleh gangguan atau kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Dilain pihak faktor utama ibu berkontribusi terhadap kematian bayi 0-6 hari adalah hipertensi maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran (17,5%), ketuban pecah dini (12,7%) dan perdarahan antepartum (12,7%) (Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2012). Untuk kematian bayi adalah pada masa neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari), 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Dengan melihat adanya resiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi pada minggu pertama, maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan kematian. Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru lahir (Kemenkes RI,2013) Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menurunkan AKI adalah, mewujudkan akses kesehatan dengan cakupan pelayanan antenatal care (ANC) yang mana pada trimester 1 ibu hamil harus pernah sekali melakukan ANC, dan pada kehamilan Trimester 2 ibu hamil harus 1 kali melakukan ANC, dan pada Trimester 3 ibu hamil harus 2 kali melakukan ANC. ANC merupakan kegiatan pengawasan wanita hamil untuk menyiapkan ibu hamil sebaik-baiknya, baik fisik maupun mental, serta menyelamatkan ibu dan bayi dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas, pentingnya pemeriksaan kehamilan melalui ANC, karena pada umumnya kehamilan berjalan normal tetapi dengan bertambahnya usia kehamilan cenderung berkembang menjadi komplikasi yang berisiko, ibu hamil yang tidak melakukan ANC, rentan mengalami gangguan kehamilan seperti anemia karena salah satu kegiatan ANC adalah pemberian tablet besi (fe) dan juga pemberian imunisasi TT, dan mengetahui penyakit kehamilan seperti Hb rendah, Diabetes Gestasional, Pre-Eklamsi/Eklamsi (Syafitri,2012) Lima pilar utama dalam strategi penurunan AKI adalah keluarga berencana, ANC yang berkualitas, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan obstetrik emergensi, serta pelayanan nifas bagi ibu dan bayi. Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PP AKI) Tahun 2015 membuat suatu program utama untuk menurunkan AKI di Indonesia yaitu program yang sudah berlaku pada pelayanan kebidanan yang berkesinambungan (Continuity of Care), yang apabila dilaksanakan secara lengkap dapat menurunkan AKI (Kemenkes RI, 2013). Salah satu usaha yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB dengan melakukan asuhan yang berkelanjutan atau continuity of care. Continuity of care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Layanan kebidanan harus disediakan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama trimester I, II, dan III, bersalin, nifas dan KB. Pentingnya pemeriksaan kehamilan melalui ANC karena pada umumnya kehamilan berjalan normal tetapi dengan bertambahnya usia kehamilan cenderung berkurang menjadi komplikasi yang beresiko yang rentan mengalami gangguan kehamilan seperti anemia karena salah satu kegiatan ANC adalah pemberian tablet besi (fe) (Fitria, 2014) Continuity of care bertujuan untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan ibu selama proses kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir yang dilakukan oleh Bidan dan tenaga kesehatan yang berperan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dengan dilakukannya continuity of care diharapkan komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dapat segera ditangani oleh tenaga kesehatan sehingga dapat dicegah sedini mungkin serta menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Selain itu, Asuhan continuity of care sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari bidan mengenai perkembangan kondisi mereka setiap saat dapat dipantau dengan baik. Mereka juga menjadi lebih percaya dan terbuka karena sudah mengenal si pemberi asuhan (Wahyuni,2015). Dalam hal ini penulis adalah mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi Diploma III Poltekkes Kemenkes Palangka Raya yang sedang melakukan penelitian untuk membuat Laporan Tugas Akhir dalam upaya ikut serta untuk menurunkan AKI dan AKB dengan membuat suatu asuhan Continuity of care atau berkesinambungan kepada ibu hamil trimester III yang fisiologis, bersalin, masa nifas, hingga neonatus dengan menggunakan asuhan kebidanan sesuai standar dan pendokumentasian (SOAP). Asuhan kebidanan berkesinambungan mulai dari hamil sampai dengan asuhan pada bayi baru lahir diberikan kepada Ny. H umur 24 tahun dengan usia kehamilan 27 minggu di Puskesmas Pembantu Desa Pantai Harapan Kecamatan Cempaga Hulu Kabupaten Kotawaringin Timur diharapkan dapat menjadi salah satu usaha kecil untuk menurunkan AKI dan AKB.
Item Type: | Tugas Akhir Mahasiswa (Laporan Tugas Akhir) |
---|---|
Subjects: | 11 MEDICAL AND HEALTH SCIENCES > 1110 Nursing > 111011 Nursing Specialties > 11101114 Midwifery |
Divisions: | Jurusan Kebidanan > Program Studi Diploma III Kebidanan |
Supervisor: | Meyasa, Lola |
Depositing User: | Riyanti |
Date Deposited: | 29 May 2020 22:37 |
Last Modified: | 29 May 2020 22:37 |
URI: | http://repo.polkesraya.ac.id/id/eprint/252 |
Actions (login required)
View Item |