Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny E di praktik mandiri bidan “S” kota Palangka Raya

Erina, Erina (2019) Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny E di praktik mandiri bidan “S” kota Palangka Raya. Laporan Tugas Akhir, PRODI DIII KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA.

[img] Text
LTA ERINA.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Menurut Setyorini (2017), kehamilan, persalinan, nifas maupun bayi baru lahir merupakan suatu proses fisiologis dimana terjadinya AKI dan AKB sebagai indikator keberhasilan pelayanan kesehatan. Sehingga perlu dilakukan asuhan kebidanan secara komprehensif untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan kebidanan yang yang mencakup pemeriksaan berkesinambungan diantaranya asuhan kebidanan kehamian, persalinan, bayi baru lahir, dan masa nifas (Varney, 2006). Kehamilan, persalinan dan nifas adalah suatu kondisi yang normal, namun memerlukan pengawasaan supaya tidak berubah menjadi yang abnormal. Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian (Damayanti, ddk., 2015). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kaimantan Tengah (2017), derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). WHO (World Health Organization)memperkirakan 126 wanita meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses persalinan. Berdasarkan dan menurut WHO pada tahun 2013 angka kematian ibu (AKI) diseluruh dunia sebesar 289/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 1990 yang berkisar 532/100.000 kelahiran hidup maka tahun 2013 AKI mengalami penurunan sekitar 45%. Sama halnya dengan angka kematian bayi (AKB) yang menurun dari tahun 1990, yaitu sekitar 63/1.000 kelahiran hidup, kemudian menjadi 34/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013 (WHO, 2015). Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390/100.000 menjadi 228/100.000. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukan penuruan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup menurut Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 dalam Kemenkes RI 2017). Berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ), Angka kematian neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI thun 2007 dan menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI 2017) Hasil survey penduduk antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukan AKB sebesar 22.23 per 1.000 kelahiran hidup yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 per kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah daam kurun waktu 5 tahun terakhir mulai dari 2013 sampai dengan 2016 mengalami penurunan setiap tahunnya. Cakupan secara provinsi pada tahun 2016 sebesar 78,15% masih belum memenuhi target Renstra Kementrian Kesehatan tahun 2016 yakni sebesar 89%, penurunan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan bisa disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah pelayanan tenaga kesehatan yng masih kurang, kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan yang kurang memadai, pengetahuan ibu hamil yang masih kurang dan kenyamanan ibu hamil untuk melahirkan disarana kesehatan yang masih kurang sehingga ibu hamil lebih nyaman untuk melahirkan di rumah dan ditolong dukun beranak. Kematian Ibu yang tercatat di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak 57 kasus lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kematian maternal pada tahun 2016 sebanyak 74 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 80 kasus . Trend kasus kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir sedikit mengalami penurunan jumlah kasus, ini menjadi tantangan bagi seluruh stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Jumlah kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat komplikasi dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit (Dinkes Kota Palangka Raya, 2018). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), masih tingginya AKI dan AKB juga dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya resiko maternal dan neonatal, yaitu faktor-faktor penyakit, gizi dari wanita usia subur (WUS), serta faktor 4T (terlalu muda, terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan/persalinan dan terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi tersebut diatas lebih di perparah oleh adanya keterlambatan penanganan kasus emergensi/komplikasi maternal dan neonatal akibat kondisi 3T (terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk, terlambat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat dan terlambat memperoleh pelayanan dari tenaga kesehatan yang tepat dan kompeten, Salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu, remaja, prahamil, keluarga berencana (KB), serta pencegahan dan penanggulangan penyakit mennular seksual (PMS), yang semuanya terangkum dalam program PKRE (Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial), kita juga telah mempunyai intervensi strategis yaitu, empat pilar Safe Motherhood yang terdiri dari KB, pelayanan antenatal terfokus, persalinan yang bersih dan aman, serta pelayanan obstetrik dan neonatal esensial dasar dan komprehensif (Prawirohardjo,2014). Sebagai upaya penurunan AKI dan AKB, pemerintah melalui Kementrian Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat sehat selama kehamilan dan persalinan. Upaya tersebut dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden Republik Indonesia. Salah satu program utama yang ditunjukan untuk mengatasi masalah kematian ibu yaitu penempatan bidan ditingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat. Upaya lain juga telah dilakukan yaitu streategi Making Pregnancy Safer yang dirancangkan pada tahun 2000. Pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan AKN sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan AKI dan AKN dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetridan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED dan memperkuat system rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit (Kementrian Kesehatan 2017). Upaya percepatan penurunan AKI dpat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawata pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan KB. Gambaran upaya kesehatan ibu terdiri dari, pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) wanita usia subur dan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan ibu nifas, puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan pelayanan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2017). Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok bayi hingga usia kurang satu bulan, di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indicator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian padan periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis atau Hb0 bila belum diberikan (Kemenkes RI, 2017). Dalam pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia bidang kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang berada di garis terdepan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program (Sulistyawati, 2012). Oleh karenanya sebagai bidan perlu memberikan pelayanan kebidanan yang dimulai dari, masa kehamilan untuk mencegah adanya komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai, pada waktu persalinan memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih sesudah persalinan, masa nifas, perawatan bayi baru lahir dan juga pemeliharaan laktasi yang berkualitas (Prawirohardjo, 2014). Peran bidan dalam membantu mengurangi AKI dan AKB sangat besar karena bidan yang berhubungan langsung dengan ibu terutama saat menolong persalinan, sehingga salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi serta mengurangi AKI dan AKB dengan cara peranan bidan. Bidan mempunyai 4 peranan penting dalam memberikan asuhan pada ibu dan bayi, yaitu bidan sebagai pelaksana, bidan sebagai pengelola, bidan sebagai pendidik dan bidan sebagai peneliti. Dengan peranan bidan inilah bidan dapat membantu memberikan asuhan dengan cara mengidentifikasi masalah yang ada pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas. Sehingga masalah-masalah yang timbul mendapat asuhan segera dan dapat mencegah mengurangi mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi. Berdasarkan gambaran tersebut, penulis berusaha melakukan manajemen asuhan kebidanan komperehensif pada Ny”E” di Praktik Mandiri Bidan (PMB) “S” selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir mendokumentasikan asuhan kebidanan metode Subjektif, Objektif, Assament, Planning (SOAP).

Item Type: Tugas Akhir Mahasiswa (Laporan Tugas Akhir)
Subjects: 11 MEDICAL AND HEALTH SCIENCES > 1110 Nursing > 111011 Nursing Specialties > 11101114 Midwifery
Divisions: Jurusan Kebidanan > Program Studi Diploma III Kebidanan
Supervisor: Riyanti, Riyanti and Winnarti, Triwijayanti
Depositing User: Natalia
Date Deposited: 04 Jun 2020 04:34
Last Modified: 04 Jun 2020 04:34
URI: http://repo.polkesraya.ac.id/id/eprint/293

Actions (login required)

View Item View Item