STRESS sering dialami oleh mahasiswa, terutama stres akademik. Bentuk stres akademikĀ yang dominan menimbulkan stress pada mahasiswa yaitu pada tahap penyusuanana tugas akhir, atau skripsi.
SkripsiĀ atau tugas akhir bagi mahasiswa merupakan suatu syarat kelulusan. Prosesnya ini mencakup tahap persiapan mulai dari menetapkan tema, penyusunan proposal, bimbingan proposal ,ujian proposal pelaksanaan penelitian ,penulisan hasilĀ skripsi, dan uji sidang.Ā Kewajiban penulisan skripsi atau tugas akhir bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu serta kompetensi yang telah didapatkan selama menempuh pendidikan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki.
Proses panjang dalam penyusuananĀ karya ilmiah atau skripsi, sering membuat mahasiswa mengalami hambatan dengan berbagai faktor penyebab, baik faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor intenal, meliputi kurangnya motivasi atau minat dalam diri mahasiswa serta kemampuanĀ akademik mahasiswa yangĀ rendah. Sedangkan faktorĀ eksternal,Ā meliputi sulitnyaĀ materiĀ atauĀ judul karya tulis ilmiah yang dikerjakan, sulitnya pencarian literatur atau data, serta permasalahan dengan dosen pembimbing karya tulis ilmiah.Ā Hambatan-hambatanĀ inilahĀ yangĀ dapatĀ membuatĀ mahasiswa Ā memilikiĀ beban pikiranĀ yangĀ lebihĀ bahkanĀ dapatĀ dikatakanĀ mahasiswaĀ tersebutĀ mengalamiĀ stress.
Stress pada mahasiswa ini muncul apabila mahasiswa tidak mampu mencapai apa yang diharapkan, ketidak sesuaian antara situasi yang diinginkan,Ā terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan mahasiswa, sehingga dapatĀ membahayakan, mengancam serta menganggu pikiran mahasiswa yang mengakibatkan kegagalan dan stress.
Mahasiswa yang mengalami stress dan tidak mampu untuk mengelola stress tersebut akan memiliki dampak buruk pada dirinya, seperti makan secara berlebihan, merokok, minum-minuman keras serta muncul perasaan depresi, cemas, serta terkadang muncul pemikiran untuk mengakhiri hidup (Mental Health Foundation [MNF], 2018).
Wahyuningtiyas etal, 2019 mengemukakan bahwa Saat seseorang merasakan stres, maka sangat kecil peluang seseorang tersebut untuk mampu menyelesaikan permasalahannya dengan baik, oleh karena itu, diperlukan alternatifāalternatif pengelolaan stres yang baik bagi mahasiswa untuk menghindari diri dari perilaku yang negatif.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menghindari stress ketika masuk dalam tahap penulisan karya tulis ilmiah atau skripsi adalah sebagai berikut:
Pertama:Ā Ketika sedang merasa lelah dalam mengerjakan karya tulis ilmiah, segeralah tidur, karena dengan tidur fungsi otak menjadi lebih baik, tubuh terasa lebih ber energi dan fit. Sehingga membuat mahasiswa menjadi lebih produktif, lebih fokus, dan lebih konsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.
Kedua : Mahasiswa harus berpikirĀ positifĀ terhadapĀ sesuatuĀ yangĀ dikerjakannya.
Berpikir positif diartikan sebagai aktivitas berpikir yang dilakukan dengan tujuan untuk membangun dan membangkitkan aspek positif pada diri, baik itu yang berupa potensi, semangat, tekad maupun keyakinan diri mahasiwa sehingga memunculkan perasaan, perilaku, dan hal yang baik. Berpikir positif dapat meningkatkan pandangan terhadap tujuan akademik yang akan diraih oleh mahasiwa sehingga mahasiswa tertantang untuk menyelesaikan seluruh proses akademik nya. Saat mahasiswaĀ berpikirĀ positif,Ā maka ia mampuĀ untukĀ menurunkanĀ tingkatĀ kecemasanĀ selamaĀ proses penyusunanĀ karya tulis ilmiah nya.
Ketiga: Berdiskusi , diskusi dapat mengurangi stress mahasiswa saat mengalami kesulitan dalam mengerjakan karya tulis ilmiahnya. Berdiskusi adalah suatu cara yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk bertukar pikiran dengan mahasiswa lain nya, terhadap kesulitan yang dihadapi. Berdiskusi dengan teman merupakan salah satu dukungan sosial yang mampu untuk memberikan dampak lebih luas dan mendalam terhadap diri mahasiswa. Dukungan dari teman saat berdiskusi dapat berupa saran terhadap permasalahan yang dihadapi dan juga dapat berupa dukungan emosional yang mampu untuk menghindarkan mahasiswa terhadap perasaan bosan, jenuh, putus asa,Ā danĀ stres.
Keempat: Mengalihkan kebosanan, agar mahasiswa tidak stress dalam mengerjakan karya tulisnya setiap hari, maka dapat dialihkan dengan kegiatan-kegaitan yang menyenangkan seperti mendengarkan musik, menonton tv, jalan- jalan,Ā membacaĀ novel,Ā bermainĀ games, sertaĀ makanĀ makanan yang di sukai.
Kelima: memilih topik penelitian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki mahasiswa agar mahasiswa mampu untuk menyelesaikannyaĀ denganĀ baik.
Keenam : BersikapĀ biasaĀ ketika sedang merasa kesulitan menyusun karya tulias ilmiah.
Bersikap biasa adalah suatu sikap yangĀ ditunjukkan dengan tidak merespon secara berlebihan, terhadap situasi yang dihadapi, serta selalu bersyukur, dengan demikian mahasiswa akan mudah kembali dan fokus terhadap tujuannya.
Ketujuh: Meluangkan waktu berkumpul dengan keluarga dan teman. Seseorang dalam kehidupannya harus mendapatkan sesuatu yang seimbang antara tugas atau pekerjaan. Menghabiskan waktu bersama dengan keluarga dan teman ini disebut sebagai Work- Life Balance.Ā Work-Life BalanceĀ menurut Yusuf et al.,2020 yaitu seseorang yang mampu mengatasi stress dalam dirinya serta mampu membangkitkan motivasi , sehingga menjadi sehat jasmani dan roh ani.
Kedelapan: Olahraga. Kegiatan yang dapat mengurangi stress mahasiswa adalah olahraga, dengan berolahraga dua atau tiga kali dalam seminggu selama 30 menit dapat meminimalkan stress.
Reaksi fisik terhadap stress yang merasakan, dapat berupa detak jantung semakin cepat, tubuh berkeringat, nafas menjadi berat, serta tekanan darah meningkat. Oleh karena itu, olahragaĀ mampuĀ untukĀ menurunkanĀ danĀ membuatĀ setiapĀ perubahanĀ dalamĀ diriĀ seseorang menjadi normal kembali.(Kemenkes 2019). Adapun Jenis olahraga yang murah dan sedernaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi stress seperti jalanĀ sehat,Ā berenang,Ā jogging,Ā bersepedaĀ danĀ senam.
Kegiaan-kegiatan yang dipapar kan diatas cenderung mampu untuk mengurangi stres pada mahasiswa saat melaksanak penyusunaan karya tulis ilmih, sehingga tujuan akademik mahasiwa dapat tercapai. (*)
Penulis adalah Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya