Sari, Santi Puspita (2018) Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. P di praktik mandiri bidan “AM” di kota Palangka Raya. Laporan Tugas Akhir, PRODI STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA.
Text
SANTI-min.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Abstract
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI memang menjadi perhatian dunia Internasional. Kematian ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikanya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Kasus kematian ibu meiputi kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat karena indikator ini mencerminkan pelayanan kesehatan dasar yang paling awal dan juga menentukan kualitas pelayanan kebidanan yang juga sangat menentukan kualitas generasi yang akan datang (Dinkes Kota Palangka Raya, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), setiap hari pada tahun 2013 sekitar 800 wanita di seluruh dunia meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan. Dalam tahun 2013 di dapati total Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia berkisar 289/100.000 kelahiran hidup wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 1990 yang berkisar 523/kelahiran hidup, maka pada tahun 2013 AKI mengalami penurunan sekitar 45% dan hampir 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang (WHO, 2013). Angka Kematian Bayi (AKB) Secara global AKB menurun dari angka 63 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1990 sampai 34 kematian per 1000 kelahiran hidup di tahun 2013. Kemtian bayi per tahun telah menurun dari 8,9 juta pada 1990 menjadi 6 juta pada tahun 2013 (WHO, 2013). Sedangkan menurut WHO (2015) memperkirakan Angka Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia sekitar 216/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214/100.000 kelahiran hidup, Philipina
170/100.000 kelahiran hidup dan Malaysia 39/100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2014). Sedangkan angka kematian bayi (AKB) berkisar 34 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2014) dan angka kematian bayi mengalami penurunan menjadi
47% antara tahun 1990-2015, yaitu dari 36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO,2015). Tujuan pembangunan (Millineum Development Goals) 2000-2015 dan sekarang dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030
berkomitmen untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). SDGs tahun 2015 mempunyai 17 tujuan dan 169 target, tujuan pertama, kedua dan ketiga berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan tujuan yang berhubungan dengan AKI adalah tujuan yang ketiga yaitu dengan target penurunan AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup (KH) AKB 12 per 1.000 KH (Kementerian RI, 2016).Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), dalam 10 tahun terakhir yaitu ada tahun 2007 AKI di Indonesia berkisar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2012 menunjukan peningkatan yang
signifikanya itu menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 346 yang artinya terdapat 346 kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 lebih rendah daripada hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, yaitu sebesar 305 (kementerian RI, 2015).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga menunjukkan penurunan menjadi 34/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan terakhir menjadi 32/1.000 kelahiran hidup tahun 2012. Sedangkan hasil SUPAS tahun 2015 AKB di
Indonesia menurun tajam, dari 47/1000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk tahun 2000 menjadi 32/1000 kelahiran hidup pada SUPAS tahun 2005, 26/1000 kelahiran hidup pada SP tahun 2010 dan 22/1000 kelahiran hidup pada SUPAS tahun 2015 (Kementerian RI, 2015). Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015sebanyak 80 kasus. Jumlahnya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2014 sebanyak 101 kasus. Sedangkan jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebanyak 74 kasus lebih sedikit darijumlah kasus kematian ibu tahun 2015. (Dinkes Kesehatan Kalimantan Tengah, 2016). Sedangkan kasus kematian bayi di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 berjumlah 407 kasus kematian, jumlah tersebut lebih
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kasus kematian pada tahun 2014 yang berjumlah 477 kasus. Sedangkan tahun 2016 jumlah kematian bayi pada di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 392 kasus, lebih sedikit dibandingkan jumlah kematian bayi tahun 2015 (Dinkes Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun, 2016).
Di kota Palangka Raya AKI (Angka Kematian Ibu) tahun 2016 sebanyak 52,99/100.000 kelahiran hidup, Angka tersebut mengalami penurunan disbanding tahun 2014 mencapai 72,6/100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2013 berjumlah 53,9/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kota
Palangka Raya, 2016). Sedangkan jumlah kematian bayi pada Kota Palangka Raya tahun 2014 yaitu 57 kasus, mengalami penurunan pada tahun 2015 yaitu 19 kasus dan tahun 2016 sebanyak 6 kasus (Dinkes Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun, 2016). Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya seperti perdarahan, yang dapat terjadi pada kehamilan ataupun
persalinan bahkan pada masa nifas dapat terjadi hipertensi hingga berujung pada eklamsia, infeksi yang dapat terjadi pada setiap fase, partus lama, aboertus, penyakit keturunan atau menahun yang dapat menyebabkan
kematian ibu serta adanya beberapa faktor 3 terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat tiba di pelayanan kesehatan yang memadai, dan terlambat mendapatkan pertolongan serta faktor 4 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kehamilan (H., Pati. S., S., dkk., 2014). Sedangkan tingginya angka kematian bayi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya seperti asfiksia, sepsis, BBLR, masalah pemberian minum, tetanus, gangguan hematologi, infeksi, dlln (Kementerian RI, 2016). Program yang sangat ditekankan oleh pemerintah untuk menurunkan
AKI dan AKB yaitu dilaksanakan dalam asuhan kebidanan antara lain 10 T yang meliputi timbang berat dan tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus, imunisasi TT, tablet fe, tes PMS, temu wicara, tentukan presentasi dan hitung DJJ, tetapkan status gizi dan tatalaksana kasus. Ada pula P4K (Program Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) menggunakan stiker, dan Kunjungan Masa Nifas dan Kunjungan Neonatus (KN). Dalam pelaksanaan program kesehatan tersebut sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Bidan memiliki peran penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan memberikan asuhan kebidanan kepada ibu secara
komprehensif dan berkala pada saat ibu hamil hingga menyusui serta bayi baru lahir, melakukan bimbingan terhadap kelompok remaja masa pranikah, pertolongan persalinan yang bersih dan aman, melakukan pergerakan dan
pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya – upaya kesehatan ibu dan anak. Sehingga sangat diperlukan bidan yang berkualitas 6 dan terampil untuk dapat memberikan asuhan kesehatan maternal dan perinatal dan berkewajiban dalam mengupayakan perbaikan status kesehatan dan kualitas hidup melaluiasuhan yang diberikan (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Asuhan kebidanan berkesinambugan merupakan asuhan yang diberikan kepada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir (neonatus), serta pemilihan metode kontrasepsi atau KB secara komprehensif sehingga mampu untuk menekan AKI dan AKB (Misar, 2012). Berdasarkan dari uraian diatas, penulis ingin melakukan penerapan manajemen asuhan kebidanan komprehensif berkesinambungan pada Ny. P di
PMB AM Kota Palangka Raya selama masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir.
Item Type: | Tugas Akhir Mahasiswa (Laporan Tugas Akhir) |
---|---|
Subjects: | 11 MEDICAL AND HEALTH SCIENCES > 1110 Nursing > 111011 Nursing Specialties > 11101114 Midwifery |
Divisions: | Jurusan Kebidanan > Program Studi Diploma III Kebidanan |
Supervisor: | Arisani, Greiny and Indrayanti, Ina |
Depositing User: | Riyanti |
Date Deposited: | 21 May 2020 06:27 |
Last Modified: | 05 Dec 2022 12:52 |
URI: | http://repo.polkesraya.ac.id/id/eprint/193 |
Actions (login required)
View Item |