Gita Jesika, Shinta (2018) Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. N di praktik mandisi bidan “AM” kota Palangka Raya. Laporan Tugas Akhir, PRODI DIII KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA.
Text
SHINTA-min.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB) |
Abstract
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai derajat kesehatan. Kematian ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan, bersalin, dan nifas. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan
selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Kasus kematian ibu meliputi ibu hamil, bersalin, dan ibu
nifas. (Kementerian Kesehatan RI, 2016) Salah satu indikator derajat kesehatan suatu bangsa adalah kesehatan
perempuan yang meliputi angka kematian dan angka kesakitan ibu, sampai saat ini angka kematian ibu di indonesia masih tinggi yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS, 2015). Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013 angka kematian ibu (AKI) diseluruh dunia sebesar 289/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2014 angka kematian bayi (AKI) di dunia yaitu 298.00 jiwa.
Amerika serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia tenggara yaitu indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup. Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO , 2014) Sedangkan menurut WHO (2015) memperkirakan 216 per 100.000 wanita meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses persalinan. sedangkan berdasarkan data menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 penyebab kematian ibu didunia adalah hipertensi dalam kehamilan 28%, 14% komplikasi, abortus 8%, perdarahan 27%, infeksi
11%, partus lama dan lainnya 9 % dan pengumpulan darah (embolis) 3%. Angka kematian bayi berkisar 34/1.000 kelahiran hidup (WHO,2014) dan angka kematian bayi mengalami penurunan menjadi 47% antara tahun 1990-
2015, yaitu dari 36 per 1000 kelahiran hidup menjadi 19 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO,2015)
Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan di tahun 2030 berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim. Untuk mencapai tiga tujuan
tersebut, disusunlah 17 tujuan SDGs. Target SDGs diIndonesia akan menggunakan tiga indikator terkait dengan dokumen SDGs, yaitu pembangunan manusia atau human development yang meliputi pendidikan dan kesehatan, lingkungan dalam skala kecil atau social economic dan lingkungan yang besar atau environmental development berupa ketersediaan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik. Dalam rangka pencapaian SDGspada tahun 2030 target angka kematian ibu (AKI) hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 12 per 1.000 kelahiran hidup (Direktorat Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2015).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), dalam 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2007 AKI di indonesia berkisar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2012 menunjukan peningkatan yang signifikan yaitu menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)
Kematian ibu hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 lebih rendah dari hasil SP tahun 2010 yaitu yang berada pada angka 346 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah penyebab tidak langsung yaitu lain-lain 40,8% sedangkan penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 1,8% dn abortus 1,6% (Badan Pusat Statistik, 2015) Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia juga menunjukan penurunan menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup tahun 2012. Hasil SUPAS tahun 2015 AKB di Indonesia menurun tajam, dari 47 per 1000 kelahiraan hidup pada Sensus Penduduk tahun 2000 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada SUPAS 2005, 26 per 1000 kelahiran hidup pada SP tahun 2010 dan 22 per 1000 kelahiran hidup pada SUPAS tahun 2015 (Badan Pusat Statistik, 2015)Kematian ibu di Indonesia masih di dominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Pada tahun 2013 penyebab kematian ibu antara lain, perdarahan (30,3%), hipertensi (27,1%), infeksi (7,3%) dan lain-lain (40,8%) (Kementerian Kesehatan RI,2016). Di provinsi Kalimantan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 183/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian neonatal 7/1000 kelahiran hdup, penyebab angka kematian neonatal tertinggi adalah asfiksia (34 %) dan BBLR (32 %) (Laporan PWS KIA dinkes Prov Kalteng, 2016).
Di tingkat kota, Angka kematian Ibu (AKI) di kota Palangka Raya pada tahun 2013 dilaporkan angka kematian ibu mencapai 53,9/100.000 kelahiran hidup dan terus meningkat mencapai 72,6/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014, ditahun 2015 angka kematian ibu menurun menjadi 52,99/100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu menurun drastis menjadi 19,65/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian tersebut shock hypovolemic akibat perdarahan dan penyakit penyerta pada ibu seperti asma dan jantung. (Dinkes Kota Palangka Raya, 2016) Sedangkan angka kematian bayi (AKB) di Palangka Raya pada tahun 2012 tercatat 10,1/1000 kelahiran hidup, pada tahun 2014 tercatat 11,1/1.000
kelahiran hidup, penyebab kematian antara lain akibat dari berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR), asfiksia berat,sepsis, intra uterine fetal death (IUFD),
prematur, RDS berat dan infeksi neonatal. Angka kematian bayi tersebut sedikit menurun dibandingkan pada tahun 2013 yaitu tercatat 13,3/1000kelahiran hidup. Di tahun 2015 angka kematian bayi terus mengalami penurunan mencapai 3/1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2016 sebesar 1/1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya,2016) Penyebab kematian ibu secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung, yaitu perdarahan (25% biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15 %), hipertensi dalam kehamilan (12 %), partus macet (8 %), komplikasi aborsi tidak aman (13 %) dan sebab-sebab lain (8 %) (Saifuddin, 2013). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian bayi terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi. komplikasi ini sebenarnya dapat di cegah dan di tangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,2016). Kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebkan kematian. Oleh karena itu kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir harus ditangani oleh petugas kesehatan yang berwewenang demi kesehatan
dan keselamatan bayi dan ibu (Prawirohardjo,2010). Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, oleh tenagakesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan , perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana (Kementerian Kesehatan RI,2016). Peranan bidan dalam membantu mengurangi AKI dan AKB sangat besar karena bidan yang berhubungan langsung dengan ibu terutama saat
menolong persalinan, sehingga salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan kesehatan bagi ibu dan bayi serta mengurangi AKI dan AKB dengan cara peranan bidan. Bidan mempunyai 4 peranan penting dalam memberikan asuhan pada ibu dan bayi, yaitu bidan sabagai pelaksana, bidan
sebagai pengelola, bidan sebagai pendidik, dan bidan sebagai peneliti. Dengan peranan bidan inilah dapat membantu memberikan asuhan dengan cara mengindentifikasi masalah yang ada pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas, sehingga masalah-masalah yang timbul mendapat asuhan segera dan dapat dicegah untuk mengurangi mortalitas, dan morbiditas pada ibu dan bayi (Miratu,2014). Peranan bidan yang penting dalam memberikan asuhan selama masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan nifas, serta dikarenakan proses kehamilan hingga masa nifas merupakan suatu rangkaian yang saling
berkaitan, penulis tertarik untuk melakukan studi dengan judul “ Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.N umur 36 tahun mulai dari kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di PMB “AM” Kota Palangka Raya.
Item Type: | Tugas Akhir Mahasiswa (Laporan Tugas Akhir) |
---|---|
Subjects: | 11 MEDICAL AND HEALTH SCIENCES > 1110 Nursing > 111011 Nursing Specialties > 11101114 Midwifery |
Divisions: | Jurusan Kebidanan > Program Studi Diploma III Kebidanan |
Supervisor: | Natalina, Riny and Tri Wijayanti, Winarti |
Depositing User: | Riyanti |
Date Deposited: | 21 May 2020 22:42 |
Last Modified: | 21 May 2020 22:42 |
URI: | http://repo.polkesraya.ac.id/id/eprint/194 |
Actions (login required)
View Item |