Suharti, Eti (2019) Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. J di puskesmas Kota Besi kabupaten Kotawaringin Timur. Laporan Tugas Akhir, Prodi DIII Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.
Text
LTA ETI SUHARTI-min.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Abstract
Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian ibu masih sangat tinggi. Diperkirakan pada tahun 2015, sekitar 303.000 wanita meninggal selama kehamilan dan persalinan. Antara tahun 1990-2015, rasio kematian maternal global (jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup) menurun hanya 2,3% per tahun. Tahun 2016 dan 2030, sebagai bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, sasarannya adalah untuk mengurangi rasio kematian maternal global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2016) Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, Angka Kematian Ibu di Indonesia berada pada angka 305/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2016, 32% diakibatkan perdarahan, 26% diakibatkan hipertensi yang menyebabkan terjadinya kejang, keracunan kehamilan sehingga menyebabkan ibu meninggal. Situasi ini tentu membutuhkan kerja keras semua pihak untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia sebagaimana target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2015, AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. (Kementerian Kesehatan RI, 2016) Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana. (Kementerian Kesehatan RI, 2016). AKI Kalimantan Tengah masih mengikuti angka nasional yaitu hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup kemudian meningkat lagi angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359/100.000 kelahiran hidup berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Berdasarkan hasil SUPAS 2015 AKI mengalami penurunan menjadi 305/100.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian ibu maternal yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak 57 kasus lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kematian maternal pada tahun 2016 sebanyak 74 kasus. Trend kasus kematian ibu dalam 2 tahun terakhir sedikit mengalami penurunan jumlah kasus, ini menjadi tantangan bagi seluruh stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Jumlah kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat komplikasi dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit. Sedangkan jumlah kematian bayi Provinsi Kalimantan Tengah menunjukan penurunan yang cukup tinggi, sejak tahun 2012 berjumlah 49 kasus, tahun 2015 menurun menjadi 25 kasus dan pada 2017 berjumlah 24 kasus. Namun diperlukan upaya yang sangat keras lagi untuk menurunkan AKB sehingga mencapai target. Berdasarkan perhitungan target yang ingin dicapai maka Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah menetapkan target AKB yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016-2021 turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, 2017) Oleh karena itu untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau Continuity of Care. Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga profesional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6 minggu pertama postpartum. (Tiofani, 2012) Asuhan kebidanan berkesinambungan merupakan asuhan kebidanan yang diberikan secara menyeluruh dari mulai masa kehamilan, bersalin, nifas sampai bayi baru lahir, melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Oleh karena itu peran bidan dalam upaya mengurangi AKI dan AKB sangat besar, karena bidan yang berhubungan secara langsung dalam menolong persalinan, sehingga salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi yaitu dengan 4 peranan penting bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik serta bidan sebagai peneliti. Dengan 4 peranan inilah bidan diharapkan mampu ikut berperan dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi. (Miratu, 2014) Berdasarkan hasil cakupan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kota Besi tahun 2018 dengan sasaran 415 orang, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan sebesar 175 (42%), bersalin dengan Nakes namun tidak di fasilitas kesehatan sebesar 69 (17%). Dan masih terdapat persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan seperti dukun beranak sebesar 36 (9%). (Puskesmas Kota Besi, 2018) Sebagai deteksi dini faktor resiko dan antisipasi kejadian komplikasi pada ibu, serta di latarbelakangi persalinan anak pertama dan kedua tidak bersalin dengan tenaga kesehatan/ditolong dukun kampung, maka penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan sejak masa hamil, bersalin dan nifas yang sehat dan aman serta memberikan asuhan pada Neonatus dan Keluarga Berencana yang termuat dalam studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny. J di Puskesmas Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur”.
Item Type: | Tugas Akhir Mahasiswa (Laporan Tugas Akhir) |
---|---|
Subjects: | 11 MEDICAL AND HEALTH SCIENCES > 1110 Nursing > 111011 Nursing Specialties > 11101114 Midwifery |
Divisions: | Jurusan Kebidanan > Program Studi Diploma III Kebidanan |
Supervisor: | Natalina, Riny |
Depositing User: | Riyanti |
Date Deposited: | 28 May 2020 21:50 |
Last Modified: | 28 May 2020 21:50 |
URI: | http://repo.polkesraya.ac.id/id/eprint/230 |
Actions (login required)
View Item |