Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. H di praktik mandiri bidan “Y” kota Palangka Raya

Sriandila, Dedes Ayu (2019) Laporan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. H di praktik mandiri bidan “Y” kota Palangka Raya. Laporan Tugas Akhir, PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA.

[img] Text
LTA DEDES AS.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dan dilihat dari beberapa indikator. Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kedua indikator tersebut juga digunakan sebagai tolak ukur berhasilnya pelayanan kesehatan dalam suatu wilayah. Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu (AKI) di negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190/100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Berdasarkan data tersebut, AKI di Indonesia masih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya (WHO, 2016). Menurut Survei Dermografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup kemudian meningkat lagi angka kematian ibu tahun 2012 angka kematian ibu (AKI) sebesar 359/100.000 kelahiran hidup, dan menurun pada tahun 2015 menjadi 305/100.000 kelahiran hidup. Dan berdasarkan angka kematian bayi (AKB) sebesar 32/1.000 lahir hidup pada tahun 2015 dan dari data SUPAS tahun 2015 angka kematian ibu 305/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) menurun menjadi 22/1.000 lahir hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Penurunan AKI secara signifikan pada tahun 2015 perlu dicermati secara intensif, mengingat sistem pencatatan dan pelaporan PWS-KIA puskesmas tahun ini tidak melibatkan data dari Rumah Sakit dan Klinik Swasta. Sehingga diasumsikan ada data kematian ibu yang belum masuk dalam sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas. Walaupun angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan target AKI nasional dalam rangka pencapaian SDGs pada tahun 2030 sebesar 70/100.000 kelahiran hidup, AKI berdasarkan target Renstra sebesar 12/100.000 lahir hidup, namun masih adanya kasus kematian ibu beberapa tahun terakhir mencerminkan mutu pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu bersalin dan melahirkan, memerlukan perhatian dan pengelolaan program dari pemerintah daerah (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Di Provinsi Kalimantan Tengah jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 57 kasus lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kematian maternal pada tahun 2016 sebanyak 74 kasus. Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan yang memeliki komptensi kebidanan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebesar 81,2% lebih besar dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 78,15%. Trend kasus kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir sedikit mengalami penurunan jumlah kasus, ini menjadi tantangan bagi seluruh stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Jumlah kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat komplikasi dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit (Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2018). Di Kota Palangka Raya pada tahun 2017 sebanyak 20 kasus kematian ibu yang berarti 19,15/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yaitu rupture uteri yang menyebabkan perdarahan. Walaupun angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan target AKI nasional dalam rangka mencapai SDGs pada tahun 2019 sebesar 306/100.000 kelahiran hidup, dan AKI berdasarkan target Renstra sebesar 25/100.000 kelahiran hidup, namun masih adanya kasus kematian ibu beberapa tahun terakhir mencerminkan mutu pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu bersalin dan melahirkan, memerlukan perhatian dan pengelolaan program dan pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, 2018). Jumlah kasus kematian bayi di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi, pada tahun 2012 berjumlah 158 kasus, jumlah ini kemudian meningkat pada tahun 2013 yaitu 400 kasus. Pada tahun 2014 jumlah kasus kematian bayi sebanyak 477 kasus lalu menurun pada tahun 2015 menjadi 407 kasus. Pada tahun 2016 jumlah kematian bayi menurun menjadi 392 kasus dan pada tahun 2017 menurun lagi menjadi 368 kasus (Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2018). Jumlah kasus kematian bayi di Kota Palangka Raya pada tahun 2015 adalah 19 kasus, tahun 2016 sebanyak 6 kasus dan tahun 2017 sebanyak 7 kasus atau 1,34%. Penyebab kematian antara lain adalah asphyxia berat berjumlah 6 neonatus (86%) dan tetanus neonatorum berjumlah 1 bayi (14%). Angka kematian bayi meningkat dibanding tahun 2016 yaitu 1,18/1.000 lahir hidup dan jika dibanding tahun 2015 angka tersebut menurun drastis yaitu 3/1.000 lahir hidup. Dalam rangka pencapaian SDGs, target AKB secara nasional pada tahun 2019 adalah 24/1000 lahir hidup dan target Renstra/RPJMD Kota Palangka Raya tahun 2017 sebesar 9/1000 lahir hidup, maka AKB di Kota Palangka Raya masih dalam batas toleransi (Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, 2018). Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor langsung berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, preeklamsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet serta abortus dan faktor tidak langsung adalah faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti 4 T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu dekat), 3 Terlambat (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat ke fasilitas kesehatan, terlambat penanganaan kegawatdaruratan). Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), infeksi dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Di Kalimantan Tengah pemerintah merencanakan beberapa program untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Untuk mengurangi AKI telah dilakukan berbagai upaya diantaranya meningkatkan kesehatan ibu dimasyarakat dengan: (1) Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi; (2) Kelas ibu hamil; (3) Program kemitraan bidan dan dukun serta (4) Rumah tunggu kelahiran. Disamping itu juga dengan meningkatkan kesehatan ibu di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan dengan: (1) Pelayanan Antenatal terpadu (HIV-AIDS, TB & Malaria, Gizi dan Penyakit tidak menular); (2) Pelayanan KB berkualitas dan berkesinambungan; (3) Pertolongan persalinan, nifas dan KB oleh tenaga kesehatan. Perlu adanya upaya-upaya yang inovatif untuk menurunkan AKI tersebut, salah satunya adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program ini menitikberatkan pada upaya perencanaan persalinan untuk mencegah terjadinya komplikasi di tingkat masyarakat. Penguatan primary health care (UKP dan UKM); beberapa aspek yang saling berinteraksi dalam kematian ibu perlu mendapat perhatian, antara lain aspek klinis, aspek pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan. Diperlukan kesamaan persepsi dan pengertian semua pihak mengenai pentingnya peran aspek klinik, aspek pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan dalam penanganan masalah kematian ibu sehingga strategi untuk mengatasinya harus merupakan integrasi yang menyeluruh dari berbagai aspek tersebut (Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2018). Untuk mengurangi AKB telah dilakukan berbagai upaya diantaranya: 1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani resiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan (Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2018). Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan sampai dengan nifas bertujuan untuk: a) menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas b) mengurangi angka kesakitan dan angka kematian pada ibu dan bayi yang baru dilahirkan c) menjamin tercapainya kualitas hidup dan terpenuhinya hak-hak reproduksi dan d) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman dan bermanfaat (Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2018). Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, pelayanan terhadap ibu hamil risiko tinggi dirujuk, kunjungan neonatus dan kunjungan bayi. Berikut sasaran program Ibu dan Anak yang dijalankan yaitu Meningkatnya pelayanan antenatal terpadu berkualitas; Meningkatnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama; Penanganan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas di tingkat pertama dalam mendukung rujukan ke tingkat lanjutan; Meningkatnya Pelayanan KB berkualitas, terutama KB pasca persalinan; Meningkatnya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang responsif gender; Penguatan manajemen program kesehatan ibu dan reproduksi. Dengan sasaran pelayanan adalah sebagai berikut : Ibu Hamil, bersalin dan nifas; Wanita Usia Subur; Pasangan Usia Subur; Pengelola program kesehatan ibu dan reproduksi; lintas program dan lintas sektor terkait serta Unsur organisasi profesi (Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2018). Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi yang berlandaskan kemitraaan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Menurut data yang penulis dapatkan di PMB “Y” tahun 2018 jumlah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC sekitar 298 orang, ibu yang bersalin sebanyak 82 orang, dan jumlah pasangan usia subur yang menggunakan akseptor kontrasepsi sebanyak 320 orang. Dari salah satu ibu yang melakukan kunjungan ANC terdapat Ny. H ibu hamil dengan kehamilan yang pertama, tidak pernah keguguran dan tidak pernah menggunakan alat kontasepsi setelah menikah (PMB Y, 2019). Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membuat Laporan Karya Tulis Ilmiah untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ny. H Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Dan Bayi Bary Lahir pada Ny. H di PMB Y di Palangka Raya” (PMB Y, 2019).

Item Type: Tugas Akhir Mahasiswa (Laporan Tugas Akhir)
Subjects: 11 MEDICAL AND HEALTH SCIENCES > 1110 Nursing > 111011 Nursing Specialties > 11101114 Midwifery
Divisions: Jurusan Kebidanan > Program Studi Diploma III Kebidanan
Supervisor: Arisani, Greiny and Titin, Titin
Depositing User: Natalia
Date Deposited: 04 Jun 2020 04:12
Last Modified: 02 Dec 2022 09:27
URI: http://repo.polkesraya.ac.id/id/eprint/290

Actions (login required)

View Item View Item